Babeku – Pencarian kapal selam KRI Nanggala-402 memasuki hari ketiga. Pada Sabtu (24/4), KSAL Laksamana TNI Yudo Margono memastikan kapal selam buatan Jerman itu subsunk alias tenggelam.
Yudo mengatakan, kesimpulan itu didapat dari penemuan berbagai serpihan yang diduga kuat milik KRI Nanggala. Di antaranya serpihan torpedo, spons peredam, hingga alas untuk salat.
“Dengan demikian, dengan adanya bukti otentik yang kini diyakini KRI Nanggala, sehingga pada saat ini isyaratkan dari submiss (hilang) kita tingkatkan fase subsunk (tenggelam). Di mana pada fase subsunk nanti akan kita siapkan evakuasi medis kepada ABK yang kemungkinan masih sehat [agar] kita proses berikutnya,” kata Yudo.
Pencarian KRI Nanggala melibatkan banyak kapal dari berbagai pihak, salah satunya adalah KRI Rigel. Kapal yang membantu pencarian KRI Nanggala ini mendeteksi berbagai benda yang diduga kuat milik kapal selam tersebut.
“Bukti-bukti tumpahan minyak, kemudian oli, kemudian barang-barang ini adalah milik KRI Nanggala dan barang-barang ini tidak dimiliki oleh umum dan di sekitar radius 10 mil tidak ada kapal melintas. Sehingga dari para ahli mantan-mantan ABK KRI Nanggala dan Komandan Kapal Selam, diyakini ini barang-barang milik KRI Nanggala,” ungkapnya.
Petugas menunjukkan temuan barang dan serpihan yang diyakini merupakan bagian dari KRI Nanggala 402 saat konferensi pers di Lanud I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Sabtu (24/4/2021).
Yudo pun menunjukkan benda-benda yang diduga kuat milik KRI Nanggala. Salah satunya adalah pelurus tabung torpedo.
“Yang hitam ini adalah pelurus tabung torpedo. Yang tengah ini adalah pembungkus pendingin, pipa pendingin di mana pada saat 2012 pernah overhaul di Korea,” tuturnya.
“Di botol itu adalah pelumas naik turun periskop kapal selam. Kemudian yang sebelahnya alas yang dipakai ABK KRI, dipakai untuk salat biasanya. Jadi diyakini ini adalah milik KRI Nanggala,” lanjutnya.
Pada kesempatan yang sama, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan tumpahan minyak hingga serpihan yang ditemukan tim pencari merupakan bukti otentik KRI Nanggala tenggelam.
“Unsur-unsur TNI AL telah menemukan tumpahan minyak dan serpihan yang jadi bukti otentik menuju fase tenggelamnya KRI Nanggala,” kata Hadi.
Petugas menunjukkan temuan barang dan serpihan yang diyakini merupakan bagian dari KRI Nanggala 402 saat konferensi pers di Lanud I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Sabtu (24/4/2021).
Melanjutkan Hadi, KSAL Yudo menyebut ada dugaan keretakan di peluncur torpedo KRI Nanggala. Dugaan ini berdasarkan serpihan yang terlihat di lokasi terakhir kapal yang diyakini sebagai bagian atau komponen yang melekat, dan tak akan terangkat apabila tak ada tekanan dari luar atau terjadi keretakan di peluncur torpedo.”Penahan atau pelurus torpedo ini sampai keluar, jadi ada keretakan besar,” ujar Yudo.
Apakah KRI Nanggala dalam Keadaan Blackout?
Salah satu pertanyaan besar dari hilangnya KRI Nanggala apakah benar kapal selam ini dalam keadaan blackout atau mati listrik total. Sebab jika benar, maka cadangan oksigen hanya bisa bertahan selama 72 jam atau tiga hari, yaitu pada Sabtu dini hari kemarin.Yudo mengatakan, cadangan oksigen di KRI Nanggala bisa sampai lima hari jika tidak blackout.
“Saya sampaikan [cadangan oksigen] 72 jam ketika kapal blackout. Tapi kalau enggak blackout, kalau ada listrik bisa sampai lima hari. Kita tidak bisa lihat apakah dia blackout atau enggak,” jelasnya.
Yudo menjelaskan, ketika kapal selam masuk ke dalam air, listrik atau lampu masih menyala. Namun skenario berbeda jika kapal dalam keadaan blackout.
“Soalnya pas masuk air lampunya masih nyala. Namun demikian, kalau saat menyelam itu blackout, kemampuan [oksigen] hanya 72 jam. Tapi kalau listrik hidup bisa tahan lima hari,” tuturnya.
KSAL Laksamana TNI Yudo Margono (tengah) merapikan maskernya usai upacara peringatan HUT ke-75 TNI AL.
Lebih lanjut, KRI Nanggala disebut sempat menyampaikan isyarat-isyarat tempur beberapa saat sebelum menyelam. Isyarat itu terdengar dari kapal penjejak Kopaska yang berada di jarak 50 meter.
isyarat seperti itu, Yudo meyakini kapal tidak mengalami blackout. Artinya, sistem kelistrikan dari kapal masih mencapai dan cadangan oksigen di kapal bisa mencapai lima hari.
“Kalau kapal blackout bisa hanya 72 jam. Kalau kelistrikan hidup bisa sampai lima hari,” ungkapnya lagi.
KRI Nanggala memiliki baterai berkapasitas 4 x 120 sel baterai. Seperti operasi kapal selam pada umumnya, mereka dituntut naik ke permukaan untuk mengisi kembali cadangan oksigen dan mengecas baterai.
Mekanisme Evakuasi KRI Nanggala
Sementara untuk proses evakuasi, Yudo mengungkapkan ada beberapa teknis evakuasi apabila kapal selam ditemukan. Teknis evakuasi berdasarkan standar The International Submarine Escape and Rescue Liaison Office (Ismerlo).
Negara yang bergabung dengan Ismerlo akan langsung memberi respons saat kapal selam dinyatakan hilang. Cara evakuasi pertama adalah metode dihembus.
KRI I Gusti Ngurah Rai-332 bersandar di Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (24/4/2021).
Metode ini memasukan selang pada pipa yang terdapat pada kapal selam. Embusan udara yang alirkan ke pipa akan mengangkat naik kapal selam tersebut.
“Ada dengan cara dihembus. Jadi selang dimasukkan ke dalam, jadi di kapal selam itu ada seperti pipa-pipa yang bisa dicelupkan dengan selam bungkus sehingga bisa naik,” jelas Yudo.
Cara kedua adalah kapal selam diangkat. Kapal selam diangkat dengan robot. Hal ini bisa dilaksanakan oleh Kapal MV Swift Rescue Singapura.
“Juga bisa dengan diangkat. Swift Rescue punya Singapura juga memiliki kapal selam mini yang memberi sebagai robot di bawah itu untuk memasang peralatan. Tentunya ada cara-cara seperti itu,” tuturnya.
Untuk terkait kemungkinan awak kapal yang selama, Yudo masih belum bisa memastikan. Namun, timnya akan memaksimalkan upaya pencarian dan evakuasi dan tim medis sudah disiapkan untuk merawat awak kapal yang selamat.
KRI Oswald Siahaan (OWA) -354 bersiap-siap berlayar untuk melakukan operasi pencarian KRI Nanggala-402 di Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (24/4/2021).
“Kita tidak bisa melihat bagaimana korban karena belum ketemu salah satu korban. Jadi kita tidak bisa duga-duga seberapa kondisi korban dan sebagainya. Harapan kita dengan evakuasi baru bisa ditemukan,” ujarnya.
“Karena tidak ada bukti serpihan apa pun dari korban. Tentunya dengan ada barang-barang ini silakan rekan evaluasi,” lanjutnya.
Lebih lanjut, TNI AL memprediksi KRI Nanggala berada di kedalaman 850 meter berdasarkan serpihak kapal dan deteksi awal pada sonar kapal buatan Jerman itu.
“Dengan adanya kejadian ini [temuan serpihan kapal selam] unsur-unsur kita masih melaksanakan pendeteksian, dan masih berjalan, nanti akan berjuang keras karena kedalaman laut yang kita deteksi tadi adalah pada kedalaman 850 [meter],” kata dia.
KAL Rejegwesi berlayar di Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (24/4/2021).
Yudo mengaku pendeteksian pada kedalaman 850 meter ini cukup riskan dan memiliki kesulitan cukup tinggi. TNI akan mengandeng militer negara lain untuk mendeteksi posisi kapal selam tersebut.
Di antaranya kapal MV Swift Rescue Singapura yang bisa mendeteksi sonar hingga 900-1000 meter dan Kapal HMS Balarat milik Australia yang bisa mendeteksi sonar di bawah air.
“Jadi tinggal menentukan apalah itu KRI Nanggala-402 atau tidak,” kata dia.
KRI Nanggala merupakan kapal selam buatan Jerman pada 1977 yang masuk jajaran TNI AL pada 1981. Saat mengarungi laut utara Bali itu, kapal selam berisi 53 awak, terdiri atas 49 anak buah kapal (ABK), satu komandan satuan, dan tiga personel arsenal.
Tinggalkan Balasan